Global
Laporan nonfarm payrolls (NFP) mengejutkan pasar dengan meningkat sebesar 256 ribu (tertinggi sejak Maret) pada bulan Desember, disertai dengan penurunan tak terduga pada tingkat pengangguran dari 4,2% menjadi 4,1%. Data yang kuat ini kemungkinan memperkuat ekspektasi pasar bahwa FOMC akan menghentikan pemangkasan suku bunga pada FOMC mendatang dan kemungkinan akan tetap mempertahankan suku bunga hingga paruh kedua tahun 2025. NFP swasta juga mengalami peningkatan dari 182 ribu pada bulan November menjadi 223 ribu pada Desember, meskipun NFP untuk sektor manufaktur mengalami kontraksi sebesar 13 ribu. Sementara itu, rata-rata upah per jam naik sebesar 0,3% MoM sesuai dengan ekspektasi. Indeks sentimen awal Januari dari University of Michigan (UoM) juga menurun dari 74,0 menjadi 73,2, dengan indikator ekspektasi (70,2 berbanding 73,3 sebelumnya) mengurangi optimisme terhadap kondisi saat ini (77,9 berbanding 75,1 sebelumnya). Indeks inflasi 1- dan 5-10 tahun UoM juga meningkat masing-masing menjadi 2,8% dan 3,0%. Hal tersebut menunjukkan meningkatnya kekhawatiran terhadap potensi dampak inflasi dari perubahan kebijakan Trump. Pada hari Jumat, indeks S&P500 turun 1,5% yang sekaligus merupakan kinerja terburuk sejak pertengahan Desember. Imbal hasil UST tenor 30-tahun naik di atas 5%, sementara imbal hasil UST tenor 10-tahun meningkat sebesar 7 bps menjadi 4,76%. Penilaian pasar terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga Fed tahun ini turun lebih lanjut menjadi kurang dari 30bps, dibandingkan dengan sekitar 40bps sebelum data NFP.
Fokus hari ini
Pasar Asia kini sedang menunggu data perdagangan Tiongkok untuk bulan Desember yang akan dirilis pagi ini, serta serangkaian data ekonomi Tiongkok sepanjang pekan ini yakni PDB 4Q24, pinjaman baru dalam Yuan, FDI, dan agregat moneter. CPI India untuk Desember juga akan dirilis hari ini. Lane dan Rehn dari ECB juga akan berbicara hari ini. Sepanjang pekan ini, pasar akan memperhatikan PPI AS untuk Desember yang akan dirilis besok dan CPI pada hari Rabu dengan proyeksi headline dan core masing-masing sebesar 2,9% YoY (0,3% MoM) dan 3,3% YoY (0,2% MoM), serta data perdagangan Indonesia, CPI/RPI/PPI Inggris untuk Desember pada hari Rabu, Beige Book Fed dan penjualan ritel AS pada hari Kamis. Kemudian, terdapat data PDB 4Q24 Malaysia dan PDB 4Q24 Tiongkok, produksi industri, penjualan ritel, investasi aset tetap dan properti, penjualan properti, dan data tingkat pengangguran pada hari Jumat. Di sisi kebijakan moneter, keputusan kebijakan BI dijadwalkan pada hari Rabu (kemungkinan tetap di 6%), keputusan kebijakan BOK dijadwalkan pada hari Kamis (dengan pemangkasan suku bunga 25bps menjadi 2,75%), sementara risalah rapat ECB pada 11-12 Desember juga akan dirilis, dan MAS kemungkinan akan mengumumkan tanggal tinjauan kebijakan moneternya yang dijadwalkan pada akhir Januari. Selain itu, akan terdapat laporan pendapatan perusahaan AS yang akan dimulai pada hari Rabu seperti Citigroup, Goldman Sachs, JPMorgan, dan Wells Fargo yang akan melaporkan hasilnya.
Mengantisipasi penjualan yang lebih tinggi
Survei penjualan ritel Bank Indonesia memperkirakan penjualan akan meningkat sebesar 1,0% YoY pada Desember 2024, naik dari 0,9% pada bulan sebelumnya. Peningkatan penjualan diantisipasi akan didorong oleh perbaikan di sektor ‘suku cadang dan aksesori’ serta ‘makanan, minuman, & tembakau.’ Survei ini juga menunjukkan bahwa responden mengantisipasi adanya tekanan inflasi yang meningkat dalam tiga bulan mendatang (Februari) menjelang Ramadan, yang kemudian akan mereda dalam enam bulan berikutnya (Mei 2025). Secara terpisah, penjualan mobil mengalami penurunan sebesar 6,4% YoY pada Desember menjadi 79.806-unit, yang membawa total penjualan mobil sepanjang tahun 2024 menjadi 865.723 unit, atau kontraksi sebesar 13,9% YoY.
Disclaimer ON