Global
Pasar saham global ditutup melemah pada hari Jumat lalu, setelah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Israel terhadap Iran kembali memicu kekhawatiran akan potensi eskalasi ketegangan di Timur Tengah. Harga minyak melonjak tajam, naik hingga 14% secara intraday dan ditutup 7% lebih tinggi—kenaikan intraday terbesar sejak pecahnya perang Ukraina pada 2022. Kenaikan risiko geopolitik ini membayangi data makroekonomi Amerika Serikat yang sebetulnya cukup positif. Indeks Sentimen Konsumen University of Michigan tercatat naik lebih tinggi dari perkiraan menjadi 60,5 pada Juni, dari 52,2 pada Mei. Selain itu, ekspektasi inflasi konsumen untuk 12 bulan ke depan turun menjadi 5,1% dari sebelumnya 6,6%, mengindikasikan berkurangnya kekhawatiran inflasi. Sementara itu, Jepang dan Amerika Serikat dilaporkan tengah menjajaki potensi perjanjian dagang bilateral. Negosiator tarif utama Jepang, Ryosei Akazawa, mengonfirmasi bahwa diskusi masih berlangsung, namun belum memberikan rincian atau jadwal pasti terkait progres perundingan. Selain itu, Tiongkok mengumumkan peningkatan dukungan terhadap sektor properti, dengan menyerukan “upaya yang lebih kuat untuk menstabilkan dan memulihkan pasar real estat.” Pemerintah mendorong agar pembangunan perumahan berkualitas tinggi diintegrasikan ke dalam strategi pembaruan kota, melalui kombinasi kebijakan perencanaan kota, penyediaan lahan, insentif fiskal, dan instrumen pembiayaan. Penekanan pada “perumahan berkualitas” ini ditujukan untuk mengalihkan persaingan antar pengembang dari berbasis harga menjadi berbasis kualitas produk, guna mendorong transformasi jangka panjang sektor properti.
Fokus minggu ini
Ke depan, fokus investor akan tertuju pada keputusan suku bunga oleh bank sentral utama dunia pekan ini. Bank of Japan (BoJ) diperkirakan mempertahankan suku bunga kebijakannya di 0,50% dalam pertemuan hari Selasa. Pasar akan mencermati panduan BoJ terkait program pembelian obligasi untuk periode hingga kuartal I 2027. Meskipun imbal hasil obligasi jangka panjang meningkat dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah anggota dewan BoJ menyatakan bahwa pergerakan tersebut belum cukup menjadi alasan untuk mempercepat pengurangan stimulus. Pada hari Rabu, Federal Reserve AS secara luas diperkirakan akan kembali menahan suku bunga untuk keempat kalinya secara berturut-turut. Fokus utama pasar akan tertuju pada proyeksi terbaru inflasi dari The Fed, pernyataan Ketua Powell dalam konferensi pers, serta pembaruan dot plot yang akan membentuk ekspektasi pasar dalam jangka pendek. Bank of England dijadwalkan menggelar pertemuan pada hari Kamis dan juga diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan, menyusul pemangkasan pertama yang dilakukan pada Mei lalu. Sikap hati-hati ini mencerminkan kewaspadaan terhadap risiko inflasi yang masih persisten. Di dalam negeri, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan BI7DRR di level 5,50% setelah pemangkasan 25 bps bulan lalu.
Indonesia
Survei Penjualan ritel Bank Indonesia memperkirakan penjualan akan tumbuh 2,6% (YoY) pada Mei 2025, setelah mengalami kontraksi 0,3% pada April. Pertumbuhan terutama didorong oleh peningkatan penjualan pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, serta peralatan rumah tangga dan pakaian, yang mengimbangi pelemahan pada kelompok bahan bakar. Survei juga menunjukkan bahwa responden memperkirakan tekanan inflasi akan menurun dalam tiga bulan ke depan (Juli) maupun enam bulan ke depan (Oktober). Secara terpisah, Presiden Prabowo dijadwalkan melakukan kunjungan kenegaraan ke Singapura pada Senin (16 Juni), untuk bertemu dengan Presiden Tharman Shanmugaratnam dan Perdana Menteri Lawrence Wong. Menjelang kunjungan tersebut, kedua negara telah menandatangani tiga perjanjian kerja sama pada 13 Juni, yang mencakup penguatan kolaborasi di bidang energi bersih dan pembangunan berkelanjutan.
Disclaimer ON