Global
Optimisme dan kehati-hatian menjadi nada dominan pada hari perdagangan pertama bulan ini, meskipun terdapat kekhawatiran terkait ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, kenaikan tarif baja dan aluminium oleh AS, serta indeks manufaktur ISM AS untuk Mei yang lebih lemah dari perkiraan. Indeks saham utama AS mencatat kenaikan moderat pada hari Senin (S&P 500: +0,41%; Nasdaq: +0,67%; Dow Jones: +0,08%), dipimpin oleh sektor energi dan teknologi, seiring aksi beli pada akhir sesi perdagangan. Imbal hasil UST naik sebesar 4 basis poin di seluruh tenor, sementara nilai tukar dolar AS melemah ke posisi terendah dalam enam minggu. Perhatian pasar kembali tertuju pada perkembangan negosiasi dagang. Menteri Perdagangan AS menyatakan bahwa kesepakatan dagang dengan India kemungkinan akan segera tercapai, sementara Gedung Putih mengindikasikan adanya pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi dalam pekan ini. AS dilaporkan mendorong mitra dagangnya untuk menyampaikan tawaran kesepakatan sebelum tenggat waktu 8 Juli. Dari sisi data ekonomi, indeks manufaktur ISM AS turun menjadi 48,5 pada Mei (di bawah konsensus pasar di 49,5), dari 48,7 pada April. Laporan ini menyoroti kemungkinan skenario stagflasi. Hanya 2 dari 18 industri yang disurvei tidak mengalami kenaikan harga input, dan sebagian besar pemasok menyatakan bahwa mereka telah meneruskan kenaikan biaya tersebut kepada konsumen. Subindeks impor (-7,0), persediaan (-4,1), dan pesanan ekspor baru (-3,0) menjadi penekan utama. Meski demikian, proyeksi pertumbuhan PDB tahunan kuartal II-2025 versi GDPNow dari Federal Reserve Atlanta direvisi naik menjadi 4,6% dari sebelumnya 3,8%. Di kawasan lain, pembacaan akhir indeks PMI manufaktur Zona Euro untuk Mei tidak banyak berubah, tercatat di 48,4. Sementara itu, angka akhir PMI manufaktur Inggris naik menjadi 46,4, dari estimasi awal sebesar 45,1. Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan bahwa ia masih memperkirakan akan ada penurunan suku bunga setelah ketidakpastian terkait tarif mereda, sejalan dengan pernyataan sebelumnya dari Gubernur The Fed, Christopher Waller.
Fokus hari ini
Korea Selatan akan menggelar pemilihan presiden secara mendadak hari ini, dua tahun lebih awal dari jadwal seharusnya. Pasar Asia diperkirakan akan dibuka dengan nada yang cukup positif. Kalender ekonomi Asia hari ini mencakup: indeks terms of trade kuartal I Selandia Baru (+1,9% QoQ), monetary base Jepang Mei (-3,4% YoY), PMI manufaktur Malaysia Mei (48,8), neraca transaksi berjalan Australia kuartal I, risalah rapat RBA Mei, serta PMI manufaktur Caixin Tiongkok Mei. Di sisi global, pasar akan mencermati data inflasi konsumen (CPI) Zona Euro Mei, pesanan pabrik AS April, dan laporan lowongan kerja JOLTS AS April, dengan fokus pada tingkat pengunduran diri (quits rate) dan pemutusan hubungan kerja (layoffs rate).
Indonesia
Inflasi utama (headline CPI) melambat menjadi 1,6% YoY pada Mei, dari sebelumnya 1,9% pada April, dan berada di bawah ekspektasi konsensus (OCBC: 1,8%). Demikian pula, inflasi inti (core CPI) tercatat sebesar 2,4% YoY, turun dari 2,5% pada bulan sebelumnya. Hasil inflasi Mei ini membawa rata-rata inflasi untuk periode April–Mei menjadi 1,8% YoY, meningkat dari 0,6% YoY pada 1Q25, dan mejadikan rata-rata inflasi Januari-Mei sebesar 1,0%. Ke depan, prospek inflasi untuk bulan Juni dan Juli diperkirakan akan mencerminkan tren disinflasi yang berlanjut, sejalan dengan rencana pemerintah untuk menerapkan berbagai langkah stimulus, termasuk potongan 50% tarif listrik, seperti yang diberlakukan pada Januari dan Februari. Namun, stimulus kali ini hanya berlaku untuk rumah tangga dengan daya listrik di bawah 1.300 VA, dibandingkan hingga 2.200 VA pada program sebelumnya. Kami memperkirakan inflasi utama akan rata-rata berada di kisaran 2,0% YoY sepanjang 2025, meskipun downside risks masih cukup signifikan.
Disclaimer ON