Ilmu komunikasi adalah disiplin yang mempelajari proses penyampaian, penerimaan, dan interpretasi pesan antara individu, kelompok, organisasi, atau masyarakat, baik melalui lisan, tulisan, gambar, simbol, media massa, maupun teknologi digital.
Beberapa cabang penting dalam ilmu komunikasi, antara lain Komunikasi interpersonal: komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih; Komunikasi kelompok: komunikasi dalam kelompok kecil; Komunikasi organisasi: komunikasi dalam lingkup organisasi atau perusahaan; Komunikasi massa: komunikasi melalui media massa (televisi, radio, surat kabar, internet) yang sasarannya luas; Komunikasi lintas budaya: komunikasi antarindividu/kelompok dari budaya yang berbeda; Komunikasi politik: komunikasi dalam ranah kekuasaan, kebijakan, dan pemerintahan; Komunikasi pemasaran dan periklanan: komunikasi untuk memasarkan produk, layanan, atau gagasan.
Ilmu komunikasi memiliki banyak teori yang mendasari praktiknya, seperti Shannon & Weaver’s Mathematical Model (1948): menekankan proses teknis penyampaian pesan; Teori Agenda-Setting (McCombs & Shaw): media massa tidak mengatakan kepada kita apa yang harus kita pikirkan, tetapi apa yang harus kita pikirkan tentang; Uses and Gratifications Theory: audiens aktif memilih media sesuai kebutuhannya; hingga Teori Spiral Keheningan (Noelle-Neumann): individu cenderung diam jika merasa pendapatnya bertentangan dengan mayoritas.
Ilmu komunikasi sangat penting karena semua bidang—politik, bisnis, pendidikan, kesehatan—membutuhkan strategi komunikasi yang efektif. Profesi yang banyak berbasis ilmu komunikasi, misalnya Humas (Public Relations); Jurnalis; Penyiar; Copywriter; Konsultan komunikasi; hingga Manajer media sosial
Dus, Ilmu komunikasi bukan hanya soal berbicara atau menulis, tetapi memahami bagaimana pesan disusun, disebarkan, diterima, dan diinterpretasikan dalam berbagai konteks, dengan tujuan menciptakan pemahaman bersama.
Empat Objek Penelitian Ilmu Komunikasi
Pada hemat saya, terdapat Empat Objek Penelitian Ilmu Komunikasi, yaitu penelitian tentang:
- Proses komunikasi – meneliti bagaimana komunikasi berlangsung, termasuk model, tahap, dan aktor komunikasi, dan distraksi atau hambatan komunikasi.
- Konten komunikasi – menganalisis isi pesan, misalnya framing berita, simbol dalam iklan, narasi kampanye.
- Pengaruh komunikasi – mengukur efek komunikasi pada penerima, misalnya perubahan sikap, perilaku, atau persepsi publik.
- Kelembagaan komunikasi – meneliti institusi yang terlibat dalam komunikasi, seperti media massa, lembaga penyiaran, biro iklan, atau platform digital.
Pemahaman ini sejalan dengan literatur disiplin ilmu komunikasi, misalnya pendekatan klasik Lasswell (1948) yang bertanya “Who says what in which channel to whom with what effect?”, di mana proses, konten, efek, dan saluran/kelembagaan termasuk dalam ranah kajian.
Objek Penelitian | Penjelasan Singkat |
Proses Komunikasi | Bagaimana komunikasi berlangsung, alur, dan modelnya. |
Konten Komunikasi | Isi pesan: tema, simbol, narasi, framing. |
Pengaruh Komunikasi | Efek pesan pada audiens: sikap, perilaku, persepsi. |
Kelembagaan Komunikasi | Struktur dan peran institusi/media dalam komunikasi. |
Empat Metode Penelitian Ilmu Komunikasi
Pada hemat saya, terdapat Empat Metode Penelitian Ilmu Komunikasi yang dapat digunakan, yaitu:
- Metode kualitatif – mendalami makna subjektif, konteks sosial, dan interpretasi pesan, biasanya lewat wawancara, observasi, atau studi kasus.
- Metode kuantitatif – mengukur variabel komunikasi secara statistik melalui survei, eksperimen, atau analisis konten kuantitatif.
- Metode gabungan (mixed methods) – mengombinasikan keunggulan kualitatif dan kuantitatif, memberi pemahaman lebih holistik.
- Metode penelitian jaringan – memetakan pola hubungan antarindividu/kelompok/organisasi, sangat relevan di era digital (misalnya analisis media sosial, social network analysis). Penelitian jaringan memang semakin penting saat ini, karena komunikasi makin bergantung pada interaksi dalam jejaring (networked communication), seperti yang ditegaskan oleh Manuel Castells dalam konsep network society.
Metode Penelitian | Penjelasan Singkat |
Kualitatif | Eksplorasi mendalam makna, konteks, dan interpretasi. |
Kuantitatif | Pengukuran variabel secara numerik dan statistik. |
Gabungan (Mixed Methods) | Kombinasi kualitatif & kuantitatif untuk analisis holistik. |
Penelitian Jaringan | Analisis pola hubungan antarindividu/kelompok. |
Praktis dan Relevan
Klasifikasi praktis ini diharapkan juga relevan secara keilmuan, untik membantu mahasiswa atau peneliti pemula memahami apa yang bisa diteliti dan bagaimana caranya. Keunikannya adalah memasukkan penelitian jaringan di dalamnya, meskipun tidak semua buku komunikasi secara eksplisit menyebut “metode penelitian jaringan” sebagai kategori tersendiri, dalam praktik saat ini, metode ini telah berkembang menjadi pendekatan mandiri yang krusial.
Obyek | |||||
Proses | Konten | Pengaruh | Kelembagaan | ||
Metode | Kualitatif | ||||
Kuantitatif | |||||
Gabungan | |||||
Jaringan |
Obyek Penelitian Komunikasi Masa Depan
Namun, jika kita melihat arah perkembangan ilmu komunikasi di masa depan, ada beberapa area penelitian baru yang berpotensi penting dan mungkin belum sepenuhnya terangkum dalam empat kategori objek dan empat metode tersebut.
Pertama, Penelitian Komunikasi Berbasis Kecerdasan Buatan (AI Communication Research). Penelitian ini berkenaan dengan isu bagaimana manusia berkomunikasi dengan AI (misalnya chatbot, asisten virtual) dan bagaimana AI memengaruhi proses komunikasi. Juga berupa penelitian tentang machine communication di mana AI secara mandiri menciptakan dan menyebarkan pesan. Topik ini tidak sepenuhnya masuk ke “kelembagaan” karena AI bukan lembaga, dan tidak hanya tentang “proses” klasik.
Ke dua, Penelitian Komunikasi dan Etika Algoritma (Algorithmic Communication Ethics). Penelitian ini berkenaan dengan isu bagaimana algoritma platform digital (misalnya algoritma rekomendasi TikTok, YouTube) memengaruhi distribusi pesan, polarisasi, dan pembentukan opini publik. Ini bukan hanya soal konten, tetapi soal mekanisme distribusi berbasis kode yang berbeda dari komunikasi tradisional.
Ke tiga, Penelitian Komunikasi Multimodal dan Immersive (VR/AR Communication) Penelitian ini berkenaan dengan isu bagaimana komunikasi terjadi di ruang virtual (Virtual Reality) atau Augmented Reality, termasuk komunikasi embodied (menggunakan avatar) yang melibatkan bahasa tubuh digital. Penelitian ini akan berkembang cepat di metaverse dan ruang virtual kolaboratif, dan tidak selalu pas dikategorikan hanya sebagai “proses” atau “konten”.
Ke empat, Penelitian Komunikasi Berbasis Maha Data/Data Besar (Big Data Communication Research), yaitu penelitian yang memanfaatkan mahadata/data besar untuk memetakan pola komunikasi masif, misalnya arus hoaks di media sosial, yang tidak bisa dilihat dengan pendekatan kuantitatif klasik saja. Di sini, metode analitiknya sendiri bisa jadi kategori metode baru: computational communication research.
Ke lima, Penelitian Komunikasi Ekologis (Ecological Communication), dengan fokus pada komunikasi tentang krisis lingkungan, perubahan iklim, dan sustainability, termasuk bagaimana pesan ekologis disusun dan diterima oleh publik. Objek ini mulai diakui sebagai domain riset mandiri, terutama karena urgensi isu global.
Dengan demikian, ke depan, komunikasi dengan/oleh mesin, algoritma, immersive environment, serta riset dengan pendekatan computational akan menjadi area penelitian yang menuntut perhatian khusus, setelah ke empat obyek yang dijelaskan di depan. Area-area ini tidak mudah dimasukkan ke dalam kategori tradisional, sehingga bisa dipertimbangkan sebagai perluasan kerangka untuk masa depan.
Metode Penelitian Komunikasi Masa Depan
Namun, perkembangan teknologi dan fenomena komunikasi baru memang memunculkan kebutuhan metode yang mungkin belum sepenuhnya tercakup. Berikut beberapa metode penelitian komunikasi masa depan yang menurut saya berpotensi berkembang sebagai kategori metode mandiri:
Pertama, Metode Komputasional (Computational Communication Research). Metode ini menggunakan algoritma, machine learning, dan analisis big data untuk mengolah jutaan postingan media sosial, rekaman percakapan, atau jejak digital lainnya. Bukan sekadar kuantitatif, karena sifat datanya sangat besar, tidak terstruktur, dan diproses secara otomatis. Contoh: sentiment analysis percakapan online, topic modeling untuk melihat pola narasi besar.
Ke dua, Metode Eksperimen Simulasi Virtual (Virtual Simulation Research) dalam bentuk melakukan eksperimen di lingkungan VR/AR untuk meneliti perilaku komunikasi dalam ruang imersif atau metaverse. Berbeda dari eksperimen klasik karena partisipan tidak hanya merespons teks/visual 2D, tetapi terlibat secara embodied di dunia virtual.
Ke tiga, Metode Etografi Digital Lanjutan (Advanced Digital Ethnography). Metode etnografi yang dikembangkan untuk dunia online yang semakin kompleks, seperti etnografi di komunitas hybrid (gabungan online-offline), atau pada platform multi-layer seperti Discord, VRChat. Etografi ini menuntut pendekatan baru yang melampaui teknik observasi tradisional.
Ke empat, Metode Analisis Algoritmik (Algorithmic Analysis). Penelitiannya akan fokus pada bagaimana algoritma mendistribusikan pesan: bukan hanya konten yang dianalisis, tapi juga kode, desain, dan logika di balik algoritma yang mengatur alur komunikasi di platform digital. Misalnya: analisis news feed curation di Facebook atau TikTok.
Ke lima, Metode Pengukuran Komunikasi Nonverbal Digital (Digital Nonverbal Measurement). Metode ini mengukur komunikasi nonverbal berbasis sensor (eye-tracking, gesture-tracking, haptic feedback) dalam komunikasi virtual. Metode ini relevan seiring meningkatnya komunikasi via avatar di ruang imersif.
Metode-metode masa depan ini tidak hanya memperluas teknik pengumpulan dan analisis data, tetapi juga menuntut paradigma baru, karena objek komunikasi kini sering melibatkan interaksi manusia-algoritma, ruang virtual, dan pola komunikasi yang tak lagi linear. Ini berbeda dari metode kualitatif-kuantitatif klasik yang berfokus pada data terstruktur dari percakapan, teks, atau survei.
Kelima metode ini tidak menafikan empat metode di depan, tetapi menambah repertoar bagi peneliti komunikasi di era digital-immersif.