Global. Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, menyusul serangan rudal Iran terhadap Israel, mendorong saham-saham AS dan imbal hasil obligasi pemerintah lebih rendah sementara indeks dolar menguat. Dampak eskalasi terhadap pasar hanya berlangsung sebentar dalam tiga tahun terakhir, namun reaksi pasar selanjutnya bergantung pada respons Israel. Dari segi data ekonomi, JOLTS terbaru memperlihatkan pasar tenaga kerja AS tetap tangguh pada bulan Agustus. JOLTS meningkat sebesar 329.000 menjadi 8,04 juta, dan data bulan Juli direvisi naik menjadi 7,71 juta. Peningkatan tersebut didorong oleh sektor konstruksi serta pemerintah negara bagian dan lokal (tidak termasuk Pendidikan), terutama didukung oleh usaha kecil. Meskipun demikian, perusahaan menengah dan besar mengalami penurunan lapangan kerja. Meskipun terdapat sedikit penurunan dalam jumlah pekerja (turun 99.000 pada bulan Agustus), PHK juga turun sebesar 105.000, yang menunjukkan tidak ada tanda-tanda pelemahan signifikan dalam pasar tenaga kerja AS. Pasar akan mencermati data non-farm payroll (NFP) pada hari Jumat untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut. Selain itu, pemogokan yang dilakukan oleh pekerja dermaga di AS, yang dimulai pada hari Selasa, menimbulkan kekhawatiran, mengingatkan investor akan gangguan rantai pasokan yang dialami selama era COVID, yang kemudian memicu inflasi yang tinggi. Di zona Eropa, inflasi turun di bawah 2% untuk pertama kalinya sejak pertengahan tahun 2021, sebesar 1,8% YoY di bulan September. Inflasi inti pun turun menjadi 2,7% dari 2,8%. Pejabat ECB Kazaks mencatat kemarin bahwa bank sentral memiliki alasan yang jelas untuk memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya. Lemahnya data inflasi dan pertumbuhan telah memperkuat kemungkinan penurunan suku bunga untuk terjadi dalam waktu dekat.
Fokus hari ini. Pagi ini, inflasi di Korea Selatan turun lebih dalam dari perkiraan menjadi 1,6% YoY di bulan September (Agustus: 2,0%; konsensus: 1,9%). Untuk hari ini, perhatian pasar akan tertuju pada tingkat pengangguran di Zona Eropa pada bulan Agustus dan ADP di AS untuk periode bulan September. Malam ini, pasar juga akan memperhatikan data PMI manufaktur dan elektronik untuk bulan September di Singapura.
Inflasi melemah di bulan September. Inflasi Indonesia turun lebih dalam dari yang diantisipasi menjadi 1,8% YoY di bulan September dari 2,1% di bulan Agustus (konsensus Bloomberg: 2,0%). Sementara itu, inflasi inti sedikit meningkat menjadi 2,1% dari 2,0%. Faktor pendorongnya beragam, dengan tekanan harga yang lebih tinggi pada komponen rekreasi, olahraga & budaya (1,6% di bulan September dari 1,5% di bulan Agustus), pendidikan (1,9% dari 1,8%), dan perawatan pribadi (6,3% dari 6,0%) dapat diimbangi oleh melemahnya tekanan harga pada komponen makanan (2,6% dari 3,4%) dan transportasi (0,9% dari 1,4%). Laporan bulan September pun membawa rata-rata inflasi 3Q-24 menjadi 2,0% dari 2,5% pada 2Q-24. Rata-rata dari awal tahun hingga saat ini pun berada pada 2,5% dari 3,7% pada tahun 2023. Ke depan, grup kami mempertahankan proyeksi inflasi rata-rata pada level 2,5% di tahun 2024.
Disclaimer ON