Top Three Things – 1 Oktober 2024

Global. Pasar saham AS ditutup sedikit lebih tinggi kemarin. Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa “Fed tidak terburu-buru menurunkan suku bunga”. Ia juga menambahkan bahwa kadang-kadang orang terlalu memperhatikan SEP, serta mencatat bahwa SEP memperkirakan terdapat dua kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps pada sisa akhir tahun ini. Komentarnya membuat ekspektasi penurunan suku bunga menjadi lebih rendah, dengan perkiraan penurunan suku bunga kurang dari 3 kali pada tahun 2024. Sejalan dengan itu, imbal hasil UST meningkat, khususnya pada tenor pendek. Sementara itu, dolar juga ditutup lebih tinggi. Di sisi lain, Presiden Fed Atlanta Bostic berpendapat bahwa ia terbuka untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps jika pasar tenaga kerja melemah secara tak terduga. Selain itu, pasar saham Tiongkok mencatat kinerja satu hari terbaik sejak tahun 2008, sebelum akan ditutup untuk libur selama tujuh hari. Dari segi data, inflasi Jerman turun menjadi 1,8% YoY di bulan September, sementara Spanyol dan Perancis juga mengalami inflasi yang lebih rendah dari perkiraan. Penjualan ritel di Jepang naik 2,8% YoY di bulan Agustus (konsensus pasar: 2,3%), menandai kenaikan selama 29 bulan berturut-turut. Sementara itu, output industri Jepang pada bulan Agustus turun 3,3% MoM (konsensus pasar: -0,5% MoM), yang sebagian disebabkan oleh Topan Shanshan yang menghambat produksi mobil.

Fokus hari ini. Kalender ekonomi hari Selasa sebagian besar datang dari Asia seperti inflasi Indonesia bulan September, dan PMI bulan September untuk berbagai negara Asia. Tingkat pengangguran Jepang bulan Agustus dan data perdagangan Korea Selatan bulan September juga akan dirilis pagi ini. Selain itu, pasar juga akan mencermati inflasi periode bulan September di kawasan Eropa, PMI manufaktur Kanada bulan September, serta indeks manufaktur ISM AS bulan September dan lowongan pekerjaan JOLTS bulan Agustus.

Pelemahan masih berlanjut. Indeks PMI Manufaktur Indonesia dari S&P Global sedikit meningkat menjadi 49,2 pada bulan September dari 48,9 pada bulan Agustus. Namun, hal tersebut masih menandakan PMI manufaktur telah berada dalam di bawah 50 selama tiga bulan terakhir. Secara khusus, kondisi manufaktur yang lemah mencerminkan “penurunan lebih lanjut baik dalam output produksi maupun pesanan baru”. S&P Global juga mencatat bahwa perusahaan-perusahaan mengurangi “aktivitas pembelian mereka sebagai respons terhadap melemahnya permintaan pasar”. Meskipun demikian, sektor manufaktur mencatat sedikit peningkatan lapangan kerja untuk pertama kalinya dalam tiga bulan, sebagian disebabkan oleh meningkatnya kepercayaan terkait dengan prospek tahun depan. Selain itu, Rating and Investment Information, Inc. (R&I) mengafirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB+ dengan prospek positif.

Disclaimer ON

Avatar photo

Makpi Support

Articles: 463