Tantangan PISA dan Aksesi OECD Indonesia

Indonesia saat ini sedang berada pada tahap aksesasi untuk menjadi anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Pemerintah mengklaim keanggotaan Indonesia didukung penuh oleh 38 negara anggota OECD. Salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam proses ini adalah rendahnya skor Programme for International Student Assessment (PISA) jika dibandingkan dengan rata-rata negara anggota OECD. Skor PISA Indonesia, yang menilai dan mengevaluasi kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam membaca, matematika, dan sains, secara konsisten berada di bawah rata-rata standar OECD, dan ini menjadi seperti kerikil dalam sepatu bagi Indonesia untuk bergabung dengan OECD.

PISA dan Tantangan Pendidikan Indonesia

PISA adalah evaluasi internasional yang mengukur kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam tiga domain utama: membaca, matematika, dan sains. Pada PISA 2022, siswa Indonesia mencatat skor yang jauh di bawah rata-rata negara-negara OECD. Rata-rata skor matematika siswa Indonesia adalah 366 poin, sementara rata-rata OECD adalah 472 poin. Dalam membaca, skor rata-rata siswa Indonesia adalah 359 poin, sedangkan rata-rata OECD adalah 476 poin. Sementara itu, dalam sains, siswa Indonesia memperoleh skor rata-rata 383 poin dibandingkan dengan rata-rata OECD sebesar 485 poin. Bahkan skor membaca mencatatkan skor terburuk sejak tahun 2000 dimana Indonesia pertama kali mengikuti tes ini. Keanggotaan OECD tidak hanya didasarkan pada kriteria ekonomi, tetapi juga mencakup kualitas pendidikan, kebijakan sosial, dan tata kelola yang baik. Skor PISA Indonesia yang konsisten rendah selama dua puluh tiga tahun terakhir, menunjukkan tantangan besar dalam memenuhi standar pendidikan OECD..

Perbandingan dengan Negara Berkembang Anggota OECD

Negara berkembang lain yang sudah menjadi anggota OECD, seperti Meksiko, menghadapi tantangan serupa dalam hal skor PISA. Meksiko telah menjadi anggota OECD sejak tahun 1994 dan juga menghadapi tantangan signifikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam PISA 2022, siswa Meksiko mencatat skor rata-rata 395 di matematika, 413 di membaca, dan 410 di sains, yang semuanya berada di bawah rata-rata OECD​.

Turki, anggota OECD lainnya yang juga merupakan negara berkembang, mencatatkan skor PISA sedikit lebih baik dibandingkan Meksiko, tetapi masih di bawah rata-rata OECD. Turki mencatat skor 453 di matematika, 456 di membaca, dan 476 di sains pada PISA 2022, yang menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mencapai standar OECD​ .

Meskipun demikian, skor kedua negara di PISA 2022 sangat jauh diatas Indonesia dan sudah hampir mendekati standar OECD. Pengalaman negara-negara seperti Meksiko dan Turki menunjukkan bahwa menjadi anggota OECD tidak selalu berarti memiliki skor PISA yang tinggi. Namun, mereka juga menunjukkan pentingnya komitmen untuk terus memperbaiki sistem pendidikan sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Proses aksesasi Indonesia ke OECD dapat diharapkan untuk mendorong reformasi pendidikan yang lebih besar, dengan tujuan untuk meningkatkan skor PISA di masa depan.

Hambatan Utama dalam Pendidikan Indonesia

Kualitas Guru

Sejak pertama kali tes ini diadakan, dalam laporannya OECD selalu menekankan untuk peningkatan kualitas guru. Banyak guru di Indonesia belum mendapatkan pelatihan yang memadai untuk meningkatkan metode pengajaran mereka. Pelatihan yang berkelanjutan dan efektif sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan​

Fasilitas Pendidikan

Masih banyak sekolah di Indonesia kekurangan fasilitas dasar seperti laboratorium, perpustakaan, dan akses internet. Fasilitas yang memadai sangat penting untuk mendukung proses belajar mengajar yang efektif​. Infrastruktur pendidikan Indonesia belum merata terutama sekolah di Jawa dan Luar jawa. Hal ini tentu saja memerlukan langkah dan penanganan yang tepat agar tidak menjadi halangan dan rintangan untuk penerapan kurikulum Merdeka yang berbasis digital.

Kurikulum yang Relevan

Kurikulum yang diterapkan sering kali dianggap terlalu padat dan kurang relevan dengan kebutuhan siswa serta tuntutan zaman. Reformasi kurikulum yang menekankan pada kemampuan abad 21 yaitu berpikir kritis, kreativitas, dan keterampilan digital sangat diperlukan​. Kurikulum Merdeka yang sudah mencakup semua tuntutan diatas , namun kurikulum Nasional saat ini menghadapi gelombang kritik dari para guru yang merasa dijajah aplikasi serta terhambat dalam melakukan proses belajar mengajar karena waktu habis dipakai memenuhi tuntutan kewajiban lain diluar jam mengajar. Perlu sosialisasi yang masif dari Kementerian terkait untuk memudahkan implementasi kurikulum Merdeka di sekolah.

Peran Negara Berkembang dalam OECD

Negara-negara seperti Meksiko dan Turki menunjukkan bahwa meskipun mereka telah menjadi anggota OECD, tantangan dalam sektor pendidikan tetap signifikan. Namun, menjadi anggota OECD juga memberikan tekanan positif untuk melakukan reformasi yang diperlukan. Proses ini dapat menciptakan landasan bagi peningkatan berkelanjutan dalam sistem pendidikan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup dan daya saing ekonomi negara.

Proses aksesi Indonesia ke OECD menuntut komitmen dari Indonesia untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Ini termasuk meninjau dan memperbarui kebijakan pendidikan, meningkatkan pelatihan guru, dan memastikan bahwa semua siswa memiliki akses yang sama ke pendidikan berkualitas tinggi. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat memperbaiki skor PISA-nya dan menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, kemajuan signifikan dalam pendidikan dapat dicapai, yang pada gilirannya akan mendukung aspirasi negara untuk bergabung dengan OECD.

Hasil PISA 2022 menyoroti berbagai tantangan dalam sistem pendidikan Indonesia yang perlu diatasi untuk memenuhi standar OECD. Meskipun skor PISA yang rendah dapat dianggap sebagai “kerikil dalam sepatu” dalam aksesasi Indonesia menuju keanggotaan OECD, upaya perbaikan yang komprehensif dan berkelanjutan dalam sektor pendidikan dapat membantu mengatasi hambatan tersebut. Dengan komitmen dan strategi yang tepat, Indonesia dapat meningkatkan kualitas pendidikannya, yang tidak hanya akan meningkatkan skor PISA, tetapi juga mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk bersaing di kancah global dan mendukung ambisi Indonesia menjadi anggota OECD.

Penulis
Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan dan kolumnis

Makpi Support
Makpi Support
Articles: 281