Global
Data nonfarm payrolls (NFP) Amerika Serikat pada Juli mencatatkan hasil jauh di bawah ekspektasi, dengan penambahan hanya 73 ribu. Angka ini diperburuk oleh revisi penurunan sebesar 258 ribu untuk dua bulan sebelumnya, yang dikaitkan dengan penyesuaian musiman dan rendahnya tingkat respons survei. Kondisi tersebut mendorong Presiden AS Donald Trump untuk memecat Komisaris Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS). Pemicu utama fluktuasi data berasal dari sektor pendidikan pemerintah negara bagian dan lokal yang mencatat perubahan tajam dalam laporan Juni. Secara kumulatif, hasil NFP selama tiga bulan terakhir menjadi yang terburuk sejak pandemi. Meskipun demikian, tingkat pengangguran dan pertumbuhan upah per jam sejalan dengan ekspektasi, masing-masing pada level 4,2% dan 0,3% MoM (3,9% YoY). Di sisi lain, indeks sentimen konsumen Universitas Michigan versi final untuk Juli naik ke 61,7—level tertinggi dalam lima bulan terakhir—sementara indeks manufaktur ISM turun ke level terendah dalam sembilan bulan terakhir, yakni 48. Indeks S&P 500 ditutup melemah 1,6% pada Jumat, dipimpin oleh sektor perbankan. Nilai tukar dolar AS turut melemah, dan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 16bps menjadi 4,21%, mencerminkan meningkatnya sentimen kehati-hatian dan semakin besarnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan September mendatang.
Fokus minggu ini
Dengan tarif impor baru AS yang akan berlaku pada 7 Agustus dengan rata-rata tariff sebesar 15,2%, pasar Asia diperkirakan dibuka dengan nada hati-hati. Data ekonomi penting hari ini meliputi survei sentimen investor Sentix Uni Eropa untuk bulan Agustus, pesanan pabrik AS bulan Juni, dan pesanan barang tahan lama. Sepanjang pekan ini, pelaku pasar akan mencermati serangkaian data PMI services dan composite dari Uni Eropa, Inggris, dan Asia, termasuk data pertumbuhan GDP kuartal II 2025 dari Tiongkok, Indonesia, dan Filipina. Selain itu, AS akan merilis indeks ISM sektor jasa serta klaim awal tunjangan pengangguran. Di Asia, inflasi dari Taiwan dan Thailand, serta data perdagangan Juli dari Tiongkok dan Taiwan, juga akan menjadi perhatian, diikuti rilis indeks harga produsen (PPI) dan harga konsumen (CPI) dari Tiongkok. Dari sisi bank sentral, risalah pertemuan Bank of Japan (BoJ) untuk bulan Juni akan dirilis besok, diikuti oleh pertemuan Reserve Bank of India (RBI) pada 6 Agustus, buletin ekonomi European Central Bank (ECB), dan keputusan kebijakan Bank of England (BoE) pada 7 Agustus—di mana pasar mengantisipasi penurunan suku bunga sebesar 25bps menjadi 4%. Ringkasan pandangan kebijakan BoJ akan dirilis pada 8 Agustus. Dari sisi korporasi, laporan keuangan dari McDonald’s, Walt Disney, AMD, Uber, Airbnb, Palantir, Pfizer, dan Eli Lilly diperkirakan turut memengaruhi sentimen pasar.
Indonesia
Inflasi Indonesia pada Juli 2025 tercatat sebesar 2,4% YoY, meningkat dari 1,9% pada Juni dan sedikit lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar sebesar 2,3%. Sementara itu, inflasi inti mengalami pelambatan tipis menjadi 2,3% dari 2,4% pada bulan sebelumnya. Kenaikan inflasi terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, & tembakau (3,8% dari 2,0%), perumahan, air, listrik & bahan bakar lainnya (1,7% dari 1,6%), kesehatan (1,9% dari 1,8%), serta pendidikan (2,0% dari 1,8%). Sebaliknya, kelompok peralatan & pemeliharaan rutin rumah tangga (0,5% dari 0,6%), rekreasi, olahraga & budaya (1,0% dari 1,2%), penyediaan makanan & minuman (1,9% dari 2,0%), serta perawatan pribadi & jasa lainnya (9,0% dari 9,3%) mengalami penurunan tekanan harga. Rilis inflasi Juli ini membawa rata-rata inflasi sepanjang Januari–Juli 2025 ke level 1,4%. Dengan mempertimbangkan tren harga dan arah kebijakan moneter, kami mempertahankan proyeksi inflasi tahun 2025 pada rata-rata 2,0%, yang mengindikasikan potensi meningkatnya tekanan harga pada paruh kedua tahun ini.
Disclaimer ON