Top Three Things – 19 November 2025

Global

Wall Street melemah semalam karena investor kembali mengevaluasi valuasi dan melakukan penyesuaian posisi menjelang rangkaian rilis data ketenagakerjaan yang padat pekan ini. Indeks S&P 500 memperpanjang tren koreksinya, tertekan oleh pelemahan saham teknologi dan nada kehati-hatian dalam laporan kinerja korporasi. Home Depot merevisi proyeksi kinerja setahun penuh dengan menyoroti kekhawatiran konsumen terkait keterjangkauan dan kondisi pasar tenaga kerja; perusahaan kini memperkirakan laba per saham yang disesuaikan akan turun 5% dibandingkan tahun lalu, lebih dalam dari perkiraan sebelumnya. Dari sisi data, laporan jobless claims mingguan yang tertunda untuk periode yang berakhir 18 Oktober kembali menunjukkan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja. Klaim awal meningkat moderat menjadi 232 ribu dari 219 ribu pada periode sebelumnya, sementara klaim lanjutan naik menjadi 1,96 juta dari 1,92 juta. Fokus pasar kini beralih pada rilis non-farm payrolls (NFP) September yang tertunda dan akan diumumkan besok. Konsensus memperkirakan kenaikan ketenagakerjaan 54 ribu, naik dari 22 ribu pada Agustus, meskipun proyeksi sangat bervariasi akibat gangguan pelaporan selama government shutdown. Hasil yang lebih lemah dapat memperkuat narasi pelemahan bertahap pasar tenaga kerja, sementara hasil yang lebih kuat berpotensi mendorong ekspektasi pemangkasan suku bunga semakin mundur.

Fokus hari ini

Pada kalender Asia hari ini, rilis utama mencakup data perdagangan Malaysia untuk Oktober. Perhatian pasar juga akan tertuju pada keputusan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan sore ini, dan grup kami berekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,50%. Inggris dan Uni Eropa hari ini akan merilis data CPI Oktober, sementara dari AS akan dirilis data perdagangan Agustus serta risalah rapat FOMC Oktober.

Indonesia

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pembahasan tarif antara Indonesia dan AS kini memasuki tahap akhir, dengan target penyelesaian negosiasi mengenai pengecualian komoditas unggulan Indonesia pada tahun ini. Ia menjelaskan bahwa kedua pihak sedang memfinalisasi dokumen legal, dan sejauh ini tidak ada negara, termasuk Inggris, yang menyampaikan keberatan terhadap pengaturan khusus tersebut. Dalam kesepakatan tersebut, sejumlah produk Indonesia yang tidak diproduksi di AS seperti CPO, karet, teh, kopi, dan produk berbasis karet akan dikenakan tarif 0%, sementara pembahasan mengenai tekstil dan alas kaki masih terus berlanjut.

Disclaimer ON

Avatar photo

Makpi Support

Articles: 775