Top Three Things – 30 Juli 2025

Global

Pasar saham Amerika Serikat terkoreksi dari posisi tertingginya sepanjang masa, seiring investor mencerna hasil kinerja keuangan korporasi yang beragam dan bersikap hati-hati menjelang pertemuan FOMC bulan Juli. Perusahaan Procter & Gamble mengumumkan kenaikan harga pada sekitar seperempat portfolio produknya di AS di tengah tarif baru. Di sisi lain, defisit neraca perdagangan barang AS menyempit lebih dari perkiraan menjadi US$86 miliar pada Juni, merupakan selisih terkecil sejak September 2023. Penurunan tersebut dipicu oleh pelemahan impor, yang kemudian mendorong revisi naik terhadap proyeksi pertumbuhan GDP kuartal kedua. Model GDPNow dari The Atlanta Fed kini memperkirakan pertumbuhan sebesar 2,9%, naik dari estimasi sebelumnya 2,4%. Kepercayaan konsumen juga menunjukkan perbaikan. Indeks Consumer Confidence dari The Conference Board naik ke 97,2 pada Juli dari 93 di bulan sebelumnya, melampaui ekspektasi pasar. Sub-indeks ekspektasi meningkat ke 74,4, tertinggi sejak Februari, kemungkinan didorong oleh pengesahan undang-undang fiskal besar baru-baru ini. Namun, tanda-tanda pelambatan pasar tenaga kerja masih terlihat. Jumlah job openings menurun sebesar 275 ribu menjadi 7,437 juta pada Juni, dengan job openings rate turun ke 4,4% dari 4,6%. IMF merevisi proyeksi pertumbuhan global secara moderat ke atas. Untuk tahun 2025, IMF memperkirakan pertumbuhan global sebesar 3,0% (naik 0,2 poin persentase), dan 3,1% pada 2026 (naik 0,1 poin), meskipun angka ini masih di bawah estimasi Januari sebesar 3,3%. Revisi ini terutama dipengaruhi oleh kesepakatan dagang yang baru disepakati, yang menurunkan estimasi tarif efektif AS menjadi 17,3% dari sebelumnya 24,4%. Dari sisi inflasi, IMF memperkirakan headline CPI global akan turun menjadi 4,2% pada 2025 dan 3,6% pada 2026. Di Uni Eropa, survei ekspektasi konsumen terbaru dari ECB menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi 12 bulan ke depan menurun ke 2,6% dari 2,8%, sementara proyeksi untuk jangka menengah tetap stabil. Secara geopolitik, pertemuan dagang AS-Tiongkok di Stockholm berakhir tanpa terobosan besar. Kedua pihak menyatakan akan mempertimbangkan perpanjangan penundaan tarif selama 90-hari, meskipun Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut keputusan akhir berada di tangan Presiden Trump. Sementara itu, Presiden Trump memperingatkan bahwa India bisa dikenakan tarif baru sebesar 20% hingga 25%. Di kawasan Asia, Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mempertahankan kebijakan moneternya setelah dua kali melakukan pelonggaran di paruh pertama tahun ini. MAS juga mempertahankan proyeksi inflasi headline dan core untuk tahun 2025 pada kisaran 0,5%–1,5%.

Fokus hari ini

Fokus pekan ini tertuju pada rilis data GDP dari AS dan kawasan euro, keputusan suku bunga dari Bank of Canada dan Federal Reserve, serta laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan teknologi.

Indonesia

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan sejumlah hasil penting dari Malaysia-Indonesia Annual Consultation ke-13 di Jakarta. Empat nota kesepahaman baru ditandatangani, mencakup isu perbatasan seperti Pulau Sebatik, kerja sama kesehatan, dan tata kelola internet. Kedua negara menegaskan kembali target perdagangan bilateral sebesar USD30 miliar, menyepakati peningkatan investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN), dan berkomitmen memperlancar akses lintas batas di Entikong. Terkait batas maritim, PM Anwar menekankan bahwa pembahasan didasarkan pada prinsip-prinsip UNCLOS. Sementara itu, Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyampaikan apresiasinya atas peran Malaysia dalam memediasi konflik Thailand-Kamboja dan menegaskan kesiapan Indonesia untuk mendukung Malaysia dalam peran sebagai Ketua ASEAN.

Disclaimer ON

Avatar photo

Makpi Support

Articles: 643