Global
Bursa saham AS kembali mencatatkan penguatan pada hari Jumat, mengabaikan ketegangan geopolitik dan ketegangan perdagangan terbaru, seiring meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga. Meskipun Presiden Trump secara tiba-tiba menghentikan pembicaraan dagang dengan Kanada, sentimen investor tetap didukung oleh keyakinan yang meningkat terhadap pelonggaran kebijakan moneter. Data ekonomi bulan Mei menunjukkan kondisi yang beragam. Pengeluaran konsumen AS secara tak terduga turun 0,1% (month-on-month), sementara pendapatan pribadi turun 0,4%. Di sisi inflasi, Core Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index naik sebesar 0,2% MoM, dengan kenaikan tahunan menjadi 2,7% dari 2,6%, menunjukkan tekanan inflasi yang masih moderat. Sementara itu, survei akhir Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan naik tipis ke 60,7 dari 60,5, dengan ekspektasi inflasi satu tahun ke depan menurun menjadi 5,0% dari 5,1%. Fed Fund Futures kini memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar sekitar 65 bps hingga akhir tahun. Presiden Trump menegaskan bahwa ia hanya akan menunjuk Ketua Fed yang berkomitmen untuk menurunkan suku bunga. Dengan gencatan senjata antara Israel dan Iran yang saat ini masih bertahan, fokus pasar beralih kembali ke negosiasi dagang menjelang tanggal 9 Juli. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan optimisme terkait kemajuan negosiasi dengan Tiongkok, khususnya mengenai dimulainya kembali aliran mineral kritis yang penting bagi sektor manufaktur AS. Ia juga menyatakan bahwa beberapa perjanjian perdagangan dapat diselesaikan sebelum 1 September. Namun, keputusan Trump untuk menghentikan pembicaraan dengan Kanada terkait pajak layanan digital—yang akan berlaku mulai Senin—menambah ketidakpastian baru. Sementara itu, Senat AS pada hari Sabtu memberikan suara 51-49 untuk membuka debat mengenai RUU “One Big Beautiful Bill.” Dua senator Partai Republik membelot dan bergabung dengan Demokrat dalam menentang RUU tersebut. RUU ini akan menjalani debat hingga 20 jam, diikuti oleh amandemen, dengan pemungutan suara akhir di Senat diperkirakan berlangsung pada hari Senin. Jika disetujui, RUU ini akan dikirim kembali ke DPR untuk penyelarasan sebelum disampaikan ke Presiden. Versi Senat mengusulkan kenaikan plafon utang federal sebesar USD5 triliun—USD1 triliun lebih tinggi dari versi DPR—menjadi USD41,2 triliun. Dalam kebijakan energi dan perpajakan, RUU ini mencabut insentif pajak kendaraan listrik sebesar USD7.500 pada akhir September 2025 dan secara sementara menaikkan batas potongan pajak negara bagian dan lokal (SALT) dari USD10.000 menjadi USD40.000 selama lima tahun. Joint Tax Committee memperkirakan bahwa perubahan ini akan mengurangi penerimaan negara sebesar USD4,5 triliun dalam sepuluh tahun ke depan, yang akan memperburuk defisit fiskal AS.
Fokus hari ini
Fokus minggu ini akan tertuju pada data ekonomi utama, khususnya laporan ketenagakerjaan nonfarm payroll AS untuk bulan Juni. Selain itu, perkembangan RUU pajak dan belanja serta negosiasi perdagangan global juga akan menjadi penggerak utama pasar.
Indonesia
Presiden Prabowo Subianto meresmikan peletakan batu pertama kawasan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi terbesar di Asia Tenggara di Karawang pada Minggu, 29 Juni. Proyek ini dikembangkan oleh konsorsium ANTAM, IBC, dan CBL, dan diperkirakan akan menciptakan hingga 8.000 lapangan kerja langsung serta 35.000 lapangan kerja tidak langsung. Dengan nilai investasi sebesar USD5,9 miliar di atas lahan seluas 3.023 hektare, proyek ramah lingkungan ini mencakup pembangunan pabrik baterai di Karawang yang dioperasikan oleh CATIB, dengan target kapasitas hingga 15 GWh pada fase kedua, serta kawasan pengolahan nikel di Halmahera Timur. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa proyek ini berpotensi mengurangi impor BBM Indonesia hingga 300.000 kiloliter per tahun.
Disclaimer ON