Top Three Things – 2 Juni 2025

Global

Imbal hasil UST mencatat penurunan moderat pada Jumat lalu seiring memanasnya kembali ketegangan dagang, setelah Presiden Donald Trump menuduh Tiongkok mundur dari komitmen untuk mencabut tarif. Seorang pejabat AS juga menyampaikan bahwa Beijing lamban dalam menerbitkan izin ekspor untuk mineral, yang semakin memperburuk kekhawatiran pasar. Selain itu, Trump mengumumkan bahwa tarif atas impor baja dan aluminium dari Tiongkok akan dinaikkan dua kali lipat, dari 25% menjadi 50%, efektif mulai 4 Juni. Dari sisi data ekonomi, Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS naik sebesar 0,1% (MoM) pada April, setelah tidak berubah pada Maret. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan harga barang sebesar 0,1%, sementara harga jasa juga naik 0,1%, melambat dari 0,2% pada Maret. Secara tahunan (YoY), inflasi PCE utama melambat menjadi 2,1% dari 2,3%, mengindikasikan tekanan disinflasi yang berlanjut. Core PCE, indikator inflasi pilihan The Fed, juga naik 0,1% (MoM), sejalan dengan revisi kenaikan data bulan sebelumnya. Pengeluaran konsumen AS melambat menjadi 0,2% (MoM) pada April, setelah mencatat kenaikan kuat sebesar 0,7% pada Maret, yang kemungkinan terdorong oleh percepatan belanja menjelang potensi kenaikan harga. Tingkat tabungan rumah tangga meningkat ke level tertinggi dalam satu tahun, yakni 4,9%, dari sebelumnya 4,3% pada Maret, mencerminkan meningkatnya kehati-hatian konsumen. Sementara itu, defisit neraca perdagangan barang menyempit secara signifikan menjadi US$87,6 miliar pada April. Nilai impor turun tajam sebesar US$68,4 miliar menjadi US$276,1 miliar, mencerminkan dampak tarif dan melemahnya permintaan domestik. Perbaikan neraca ekspor-impor ini berpotensi memberikan dukungan bagi pertumbuhan PDB kuartal II.

Fokus minggu ini

Dengan indeks saham AS yang berada mendekati rekor tertinggi, pasar memerlukan data ekonomi yang lebih kuat untuk mendukung kelanjutan reli. Fokus investor kini tertuju pada laporan ketenagakerjaan nonfarm payroll (NFP) yang akan datang, terutama setelah risalah rapat The Fed terbaru mengindikasikan bahwa para pengambil kebijakan menghadapi “dilema yang sulit” antara tekanan inflasi yang meningkat dan pelemahan pasar tenaga kerja. Dari sisi fiskal, Senat AS dijadwalkan memulai pembahasan terhadap rancangan undang-undang perpajakan dan belanja yang baru saja disahkan oleh DPR, dengan potensi dampak terhadap prospek fiskal dan arah kebijakan moneter. Di Uni Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) secara luas diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 5 Juni, memperkuat tren global menuju pelonggaran kebijakan moneter.

Indonesia

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa rencana implementasi B50 (campuran bahan bakar yang terdiri atas 50% biofuel berbasis kelapa sawit dan 50% solar) pada tahun 2026 diperkirakan akan mendorong kenaikan harga CPO global. Program ini akan mengalihkan sekitar 5,3 juta ton CPO untuk kebutuhan domestik, yang berpotensi menurunkan volume ekspor dari 26 juta ton menjadi 21 juta ton, sebagaimana dilaporkan oleh Antara. Pada pagi hari ini, Indeks PMI Manufaktur S&P Global menunjukkan perbaikan tipis menjadi 47,4 pada Mei dari 46,7 pada April, menandai dua bulan berturut-turut PMI berada di bawah angka 50. Sementara itu, konsensus memperkirakan inflasi utama (headline CPI) pada bulan Mei akan tetap stabil di kisaran 1,9%, sejalan dengan data bulan sebelumnya (Konsensus: 1,9%; OCBC: 1,8%).

Disclaimer ON

Avatar photo

Makpi Support

Articles: 569