Global
Pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat (S&P: +0,43%; NASDAQ: +0,27%; Dow Jones: +0,70%), seiring dengan penguatan indeks DXY, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS (UST) bergerak turun pada seluruh tenor. FOMC mempertahankan suku bunga kebijakannya sesuai dengan ekspektasi dan menyatakan bahwa komite “waspada terhadap risiko pada kedua sisi dari mandat gandanya,” serta menambahkan bahwa mereka “menilai risiko meningkatnya pengangguran dan inflasi semakin besar.” Yang penting, FOMC masih menilai prospek pertumbuhan tetap tangguh, dengan mencatat bahwa “aktivitas ekonomi terus tumbuh dengan laju yang solid.” Ketua The Fed, Jerome Powell, menyampaikan bahwa tingkat ketidakpastian tetap tinggi—dan “semakin meningkat” sejak pertemuan sebelumnya. Powell juga menyatakan bahwa The Fed berada “di posisi yang tepat untuk menunggu dan melihat perkembangan” serta tidak merasa “perlu untuk terburu-buru.” Tiongkok, pada hari sebelumnya, meluncurkan paket kebijakan yang komprehensif, termasuk pemangkasan suku bunga serta penurunan rasio giro wajib minimum (RRR), sebagai upaya untuk menstabilkan perekonomian dan meredakan kekhawatiran pasar keuangan. Secara keseluruhan, langkah ini menunjukkan kelanjutan dari kebijakan kontra-siklus Tiongkok yang bertujuan menjaga ekspektasi dan mencegah penurunan sentimen lebih lanjut. Meskipun tidak memberikan efek “kejutan” seperti intervensi sebelumnya, cakupan dan koordinasi pengumuman kebijakan tersebut diperkirakan akan mendukung proses pemulihan ekonomi dan pasar keuangan. Saat ini, sentiment pasar tampaknya masih ditopang oleh harapan terhadap pembicaraan dagang AS–Tiongkok. Namun, Presiden Trump menyatakan semalam bahwa AS tidak akan menurunkan tarif terhadap Tiongkok untuk memulai kembali pembicaraan dagang yang dijadwalkan berlangsung di Swiss. Selain itu, juru bicara Departemen Perdagangan AS menyampaikan bahwa kerangka kerja pengendalian ekspor untuk penyebaran AI akan dibatalkan dan digantikan oleh “aturan yang jauh lebih sederhana”.
Fokus hari ini
Hari ini, kami memperkirakan Bank Negara Malaysia (BNM) akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,00%. Namun, BNM mungkin akan memberikan pernyataan yang lebih dovish dengan mengindikasikan adanya risiko penurunan terhadap pertumbuhan serta ketidakpastian dari sisi eksternal. Filipina akan merilis data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I-2025, yang diperkirakan meningkat menjadi 5,7% (YoY) dibandingkan 5,3% pada kuartal IV-2024. Bank Sentral Filipina (BSP) sebelumnya menyatakan akan menurunkan suku bunga secara kumulatif sebesar 75 bps. Bank of England (BoE) juga akan mengadakan pertemuan moneter hari ini, dengan konsensus pasar memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Indonesia
Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu menyampaikan bahwa pemerintah berencana melonggarkan persyaratan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) untuk produk teknologi informasi dan komunikasi serta alat kesehatan guna mengurangi hambatan non-tarif dalam proses negosiasi tarif dengan AS, sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg. Selain itu, Wamenkeu Abimanyu menegaskan kembali bahwa pemerintah berniat mencabut pembatasan impor dan meningkatkan volume impor barang dari AS sebagai bagian dari negosiasi perdagangan antara AS dan Indonesia. Di sisi lain, Perdana Menteri Australia yang baru saja terpilih kembali, Anthony Albanese, berencana mengunjungi Indonesia pada pekan depan dalam kunjungan luar negeri pertamanya, sebagai “sinyal” pentingnya hubungan bilateral antara kedua negara.
Disclaimer ON