Global
Pasar global menunjukkan sikap optimis namun hati-hati. Indeks S&P 500 ditutup nyaris stagnan pada Jumat (-0,01%) setelah mencetak rekor tertinggi pada hari sebelumnya, didukung laporan laba perusahaan dan data ekonomi AS yang solid. Kinerja kuat sektor perbankan AS dan rekor laba TSMC menandakan ekonomi AS masih tangguh, meski dibayangi kekhawatiran tarif dan tekanan terhadap Ketua Fed, Jerome Powell. Namun, potensi balasan tarif dari Uni Eropa terhadap rencana tarif 30% AS sempat menahan reli pasar saham. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun 4 bps menjadi 4,41%. Di Jepang, hasil quick count menunjukkan koalisi pemerintah kehilangan mayoritas di majelis tinggi, namun PM Ishiba tetap akan menjabat. Partai LDP diperkirakan akan membentuk koalisi baru. Sementara itu, China mengurangi kepemilikan obligasi Treasury AS selama tiga bulan berturut-turut menjadi US$756,3 miliar per April, terendah sejak Maret 2009.
Fokus minggu ini
Pasar Asia diperkirakan bergerak dalam kisaran terbatas sambil menunggu keputusan suku bunga LPR China, yang diproyeksikan tetap di 3% (tenor 1 tahun) dan 3,5% (5 tahun) untuk bulan kedua. Jadwal data hari ini mencakup CPI Hong Kong Juni, survei outlook bisnis Bank of Canada kuartal II, dan indeks leading AS. Sepanjang pekan ini, pasar menanti survei pinjaman bank ECB, pesanan ekspor Taiwan, risalah RBA Juli, CPI Malaysia Juni, data fiskal Inggris, rangkaian PMI Juli dari Asia, Eropa, dan Inggris, estimasi PDB Korea Selatan kuartal II/2025, penjualan rumah baru AS, serta data IFO Jerman, CPI Tokyo, survei ECB, dan pesanan barang tahan lama AS. Ketua Fed Powell juga akan berpidato besok. Di sisi kebijakan suku bunga, ECB diperkirakan menahan suku bunga deposito di 2% pada Kamis, sambil mencermati dampak tarif AS dan menyusun proyeksi baru untuk pertemuan 10–11 September. The Fed kini memasuki masa blackout jelang FOMC 29–30 Juli, sementara Gubernur BOE akan menyampaikan testimoni soal stabilitas keuangan. Di sisi korporasi, musim laporan laba dimulai dengan Alphabet dan Tesla pekan ini.
Indonesia
Pemerintah sedang merampungkan perjanjian dagang baru dengan AS yang akan menurunkan tarif dari usulan awal 32% menjadi 19%. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menyampaikan bahwa negosiasi masih berlangsung, dengan fokus pada pembebasan tarif untuk sejumlah komoditas utama seperti CPO, nikel, kakao, dan karet. Sebagai imbal balik, Indonesia akan menghapus sebagian besar tarif impor dari AS (kecuali untuk alkohol dan daging babi), melonggarkan kuota impor, serta berkomitmen membeli pesawat Boeing dan energi dari AS.
Disclaimer ON