Global
Wall Street menutup perdagangan September dengan penguatan, menandai kenaikan bulanan kelima berturut-turut bagi S&P 500. Imbal hasil UST tenor 10 tahun relatif stabil di kisaran 4,15% meskipun risiko politik meningkat, termasuk potensi government shutdown di AS. Presiden Trump meningkatkan retorikanya dengan menyebut kemungkinan adanya “banyak” PHK pegawai federal. Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan hingga 750 ribu pegawai federal dapat dirumahkan, yang berpotensi menunda rilis data penting seperti laporan ketenagakerjaan pekan ini dan menyulitkan keputusan suku bunga Fed ke depannya. Dari sisi data, Indeks Kepercayaan Konsumen Conference Board turun lebih dalam dari perkiraan menjadi 94,2 pada September dari 97,8 di Agustus. Indeks ekspektasi juga melemah ke 73,4, berada di bawah ambang resesi, sementara ekspektasi inflasi konsumen rata-rata untuk 12 bulan ke depan turun tipis menjadi 5,8% YoY pada September dari 6,1% pada Agustus. Dari sisi ketenagakerjaan, laporan JOLTS menunjukkan jumlah lowongan kerja sebesar 7,23 juta pada Agustus, namun perekrutan melambat menjadi 5,1 juta dan quits rate turun ke level 2,2%. Ke depan, jika rilis sesuai jadwal, nonfarm payrolls September diperkirakan mencatat tambahan 52 ribu pekerjaan (vs. 22 ribu pada periode sebelumnya), dengan tingkat pengangguran tetap di 4,3% dan pertumbuhan upah sebesar 3,7% YoY.
Fokus hari ini
Dari sisi kebijakan moneter, Reserve Bank of India diperkirakan akan mempertahankan suku bunga repo pada level 5,50%, meskipun terdapat kemungkinan pemangkasan sebesar 25 bps. Hari ini juga dijadwalkan rilis data PMI manufaktur global. Di Asia, fokus tertuju pada neraca perdagangan dan inflasi Indonesia, harga properti residensial kuartalan URA Singapura, serta indeks keyakinan bisnis Thailand. Sementara itu, Uni Eropa akan merilis data inflasi, disusul data aplikasi KPR AS, perubahan ketenagakerjaan ADP, serta indeks ISM.
Indonesia
Perusahaan pangan BUMN yang baru diluncurkan, Agrinas Pangan Nusantara, berencana menginvestasikan Rp8 triliun hingga akhir 2026 untuk meningkatkan produksi beras dan mendukung target swasembada pangan. Perusahaan ini menargetkan pembangunan 20 pusat produksi pangan dengan fasilitas mesin modern, baik melalui kemitraan dengan petani kecil maupun dengan mengelola lahan sendiri. Agrinas diproyeksikan akan memperoleh alokasi lahan seluas 225 ribu hektare dengan target produksi beras tahunan sebesar 4 juta ton metrik, menurut laporan CNA. Saat ini, Agrinas telah memulai pengembangan di Sumatra Selatan dengan memanfaatkan teknologi modern seperti drone dan pemantauan satelit untuk memodernisasi praktik pertanian sekaligus mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual.
Disclaimer ON