Global
Bursa saham AS melemah pada Selasa, dengan indeks S&P500, Dow, dan Nasdaq turun antara 0,2% hingga 1,0% (S&P500: -0,6%; Dow: -0,2%; Nasdaq: -1,0%). Dalam pidato pertamanya sejak rapat FOMC pekan lalu, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa “peningkatan risiko penurunan di pasar tenaga kerja telah menggeser keseimbangan risiko,” yang mendasari keputusan untuk memangkas suku bunga acuan. Ia menekankan bahwa tidak ada pilihan yang “bebas dari risiko”. Powell menyatakan tetap nyaman dengan kebijakan moneter saat ini, tetapi membuka ruang pemangkasan tambahan jika perkembangan ekonomi menuntut hal tersebut. Sebaliknya, Gubernur Fed Michelle Bowman memperingatkan bahwa pembuat kebijakan berisiko “terlambat” merespons dinamika pasar tenaga kerja. Dari sisi global, OECD menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2025 menjadi 3,2% dari 2,9% sebelumnya, dengan alasan ketahanan ekonomi yang lebih baik dari perkiraan pada paruh pertama 2025, terutama di AS dan negara berkembang. Proyeksi 2026 tetap di 2,9%. OECD juga menyoroti berbagai risiko penurunan, seperti kenaikan tarif perdagangan, tekanan inflasi baru, risiko fiskal, maupun gejolak pasar keuangan. Namun, perbaikan di sisi perdagangan dan percepatan adopsi teknologi AI berpotensi menjadi katalis positif. Proyeksi pertumbuhan AS 2025 direvisi naik menjadi 1,8% dari 1,6%, meski menurun tajam dari 2,8% pada 2024, sementara proyeksi pertumbuhan Tiongkok 2025 juga dinaikkan ke 4,9% dari 4,7%.
Fokus hari ini
Agenda ekonomi Asia hari ini relatif ringan, dengan rilis data perdagangan bea cukai Thailand untuk Agustus dijadwalkan pada siang hari. Dari AS, pasar menantikan data penjualan rumah baru dan izin bangunan untuk Agustus.
Indonesia
DPR RI menyetujui Undang-Undang APBN 2026 dalam sidang paripurna yang dihadiri Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Penerimaan negara ditargetkan sebesar Rp3.153,6 triliun, terutama dari pajak Rp2.693 triliun, sementara belanja negara ditetapkan Rp3.842,7 triliun, terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp3.149,7 triliun dan transfer ke daerah Rp693,0 triliun. Defisit dipatok Rp689,2 triliun atau 2,68% dari PDB, lebih tinggi dari target sebelumnya 2,48%. Asumsi makro utama meliputi pertumbuhan ekonomi 5,4%, inflasi 2,5%, nilai tukar Rp16.500 per USD, serta imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun sebesar 6,9%. Secara terpisah, Indonesia dan Uni Eropa pada Selasa (23 September) merampungkan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA), dengan kesepakatan untuk menghapus tarif lebih dari 98% pos tarif, setara hampir 100% dalam nilai perdagangan.
Disclaimer ON