Top Three Things – 10 September 2025

Global

Indeks DXY menguat tipis, imbal hasil obligasi tenor pendek AS ditutup lebih tinggi, sementara kenaikan bursa ekuitas relatif terbatas pada kisaran 0,5% di ketiga indeks utama. Sorotan utama datang dari revisi data ketenagakerjaan non-farm payrolls (NFP) oleh BLS yang menunjukkan penurunan sebesar -911 ribu pekerjaan, atau sekitar -0,6%, jauh lebih besar dibanding rata-rata revisi dalam 10 tahun terakhir sebesar 0,2%. Revisi signifikan terjadi di berbagai sektor utama, dengan koreksi terbesar pada sektor pariwisata dan perhotelan (-176 ribu), jasa profesional dan bisnis (-158 ribu), perdagangan ritel (-126,2 ribu), serta perdagangan grosir (-110,3 ribu). Revisi di sektor jasa ini mengindikasikan bahwa ketahanan ekonomi AS kemungkinan telah dilebih-lebihkan. Sektor manufaktur juga mengalami revisi besar sebesar -95 ribu. Angka final revisi akan diumumkan pada Januari 2026. Sementara itu, Fed funds futures telah sepenuhnya memperhitungkan pemangkasan suku bunga 25 bps pada pertemuan FOMC 17 September, dengan ekspektasi total 66,5 bps penurunan hingga akhir 2025. Di sisi lain, Presiden Trump kembali meningkatkan tekanan tarif, kali ini dengan ancaman tarif hingga 100% kepada India dan Tiongkok untuk mendorong Rusia mengakhiri konflik dengan Ukraina.

Fokus hari ini

Tingkat pengangguran Korea Selatan pada Agustus naik tipis menjadi 2,6% dari 2,5% di bulan sebelumnya. Agenda rilis data hari ini mencakup CPI dan PPI Agustus Tiongkok, tingkat pengangguran Juli Filipina, produksi manufaktur Juli Belanda, PPI bulan Agustus AS, serta data aplikasi KPR mingguan AS. Sementara itu, ECB memasuki periode tenang menjelang keputusan kebijakan 11 September, bersamaan dengan Fed yang kini juga dalam masa blackout period.

Indonesia

Cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus tercatat sebesar USD 150,7 miliar, menurun dari USD 152,0 miliar pada akhir Juli. Bank Indonesia menjelaskan bahwa penurunan ini dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebijakan stabilisasi Rupiah dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Posisi tersebut setara dengan pembiayaan impor selama 6,3 bulan, atau 6,1 bulan jika termasuk pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Secara terpisah, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan rencana untuk membahas bersama Bank Indonesia langkah-langkah yang diperlukan guna melonggarkan likuiditas secara signifikan dalam jangka pendek, serta menegaskan komitmen pemerintah untuk tetap mematuhi batas defisit anggaran sebesar 3% terhadap PDB.

Disclaimer ON

Avatar photo

Makpi Support

Articles: 698