Global
Pasar saham AS ditutup melemah secara luas pada perdagangan semalam, dengan indeks S&P 500 yang sempat mencatat kenaikan di awal sesi justru berbalik turun menjelang penutupan. Pelaku pasar bersikap lebih berhati-hati menjelang tenggat waktu penyesuaian tarif perdagangan yang krusial serta rilis laporan ketenagakerjaan utama dari AS. Agenda perdagangan Presiden Trump kembali menjadi sorotan utama. Pemerintah AS secara resmi menetapkan tarif baru sebesar 15% terhadap Korea Selatan dan 25% untuk India. Menariknya, perintah eksekutif bertajuk “Further Modifying the Reciprocal Tariff Rates” yang dirilis pada 31 Juli menunjukkan bahwa negara-negara anggota BRICS tidak diperlakukan seragam, dengan Brasil dikenakan tarif 10% sementara Afrika Selatan menghadapi tarif sebesar 30%. Pasar sempat memperoleh sedikit kelegaan setelah tembaga olahan—kategori terbesar dari impor tembaga AS—tidak termasuk dalam usulan tarif menyeluruh sebesar 50%. Hal ini mendorong penurunan harga futures tembaga AS, mencerminkan ekspektasi biaya impor yang lebih rendah. Di sisi lain, Meksiko diberi kelonggaran selama 90 hari dari tarif yang berlaku saat ini, sementara tarif untuk Kanada justru naik dari 25% menjadi 35% dengan alasan “kurangnya aksi dan tindakan balasan dari Kanada”. Untuk kawasan ASEAN, perintah eksekutif menetapkan tarif sebesar 19% terhadap Malaysia dan Thailand—serupa dengan kesepakatan sebelumnya terhadap Indonesia dan Filipina—sementara Vietnam tetap dikenakan tarif 20%. Terkait isu transshipment, tarif tambahan sebesar 40% diberlakukan sebagai pengganti tarif tambahan yang berlaku berdasarkan negara asal barang.
Di sisi data, pertumbuhan personal consumption expenditure (PCE) AS melambat menjadi 2,1% YoY di bulan Juni dari sebelumnya 2,2% pada Mei, menjadikannya laju tahunan paling lambat sejak Februari 2024. Sementara itu, core PCE inflation yang menjadi indikator utama inflasi bagi The Fed tercatat sebesar 2,8% YoY (0,3% MoM) di Juni, tidak berubah dari bulan sebelumnya namun sedikit lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,7% YoY. Dalam basis annualized, core PCE naik menjadi 3,1% dari 2,6% pada Mei, yang mengindikasikan mulai munculnya dampak lanjutan dari tarif terhadap harga konsumen. Di sisi pasar tenaga kerja, sinyal yang muncul masih beragam. Klaim awal tunjangan pengangguran mingguan tetap rendah di angka 218 ribu untuk pekan yang berakhir 26 Juli, namun Challenger Job Survey untuk bulan Juli menunjukkan rencana pemutusan hubungan kerja yang meningkat. Oleh karena itu, fokus pasar tertuju pada rilis laporan nonfarm payrolls malam ini. Dengan Ketua The Fed Jerome Powell yang menekankan bahwa kondisi pasar tenaga kerja menjadi salah satu faktor kunci dalam pengambilan keputusan kebijakan moneter ke depan, data yang lemah berpotensi menghidupkan kembali ekspektasi rate cut pada September.
Fokus hari ini
Ke depan, perhatian pasar akan tertuju pada rilis data PMI global bulan Juli serta data inflasi utama dan inti di Uni Eropa. AS dijadwalkan merilis data manufaktur utama serta sejumlah indikator pasar tenaga kerja. Konsensus memperkirakan pertambahan lapangan kerja non-farm pada Juli akan melambat menjadi 104 ribu dari 147 ribu pada Juni, dengan tingkat pengangguran diperkirakan naik tipis menjadi 4,2%. Sementara itu, rincian mengenai tarif baru dan perjanjian dagang yang tertuang dalam revisi reciprocal tariff rates diperkirakan akan tetap menjadi pusat perhatian pasar karena belum seluruhnya diumumkan secara resmi.
Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemerintah masih dalam proses negosiasi dengan Washington terkait produk ekspor Indonesia, termasuk tembaga olahan, yang berpotensi mendapatkan keringanan atau pengecualian dari tarif AS. Pengumuman resmi mengenai tarif atas komoditas industri Indonesia, seperti tembaga dan produk lainnya, diperkirakan akan disampaikan dalam waktu dekat. Di sisi lain, Menko Airlangga juga menyampaikan optimisme bahwa seluruh dokumen legal untuk perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia–Uni Eropa (IEU-CEPA) akan difinalisasi pada September 2025, sehingga perjanjian ini dapat mulai berlaku pada tahun 2026.
Disclaimer ON