Top Three Things – 8 Juli 2025

Global

Wall Street melemah pada awal pekan, dengan indeks S&P 500 turun sebesar 0,5%, Nasdaq sebesar 0,9%, dan Dow Jones sebesar 0,9%, setelah Presiden Trump mengumumkan gelombang tarif baru yang memperburuk ketegangan perdagangan global. Meskipun OPEC+ mempercepat peningkatan produksi, harga minyak mentah tetap naik, didorong oleh lonjakan output sebesar 33% dari delapan negara anggota OPEC pada bulan Agustus. Amerika Serikat berencana untuk memberlakukan tarif sebesar 25% atas impor dari Jepang—naik dari 24% yang diumumkan pada 2 April—dan mempertahankan tarif untuk Korea Selatan sebesar 25%, sama seperti pengumuman sebelumnya. Kebijakan tarif baru ini diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap sektor-sektor utama seperti otomotif, semikonduktor, dan elektronik, yang secara keseluruhan menyumbang lebih dari USD270 miliar dalam ekspor tahunan hingga tahun 2024. Di samping itu, Amerika Serikat juga telah mengirimkan peringatan tarif resmi kepada 12 negara lainnya, dengan kisaran antara 25% hingga 40%. Beberapa di antaranya mengalami penyesuaian tarif, seperti Bangladesh (35% dari sebelumnya 37%), Bosnia dan Herzegovina (30% dari 35%), Kamboja (36% dari 39%), Kazakhstan (25% dari 27%), Laos (40% dari 48%), Myanmar (40% dari 44%), Malaysia (25% dari 24%), Serbia (35% dari 37%), dan Tunisia (25% dari 28%). Sementara itu, tarif untuk Indonesia (32%), Thailand (36%), dan Afrika Selatan (30%) tidak mengalami perubahan.

Fokus hari ini

Kalender ekonomi global hari ini relatif ringan. Fokus utama tertuju pada rapat kebijakan suku bunga Bank Sentral Australia (RBA), yang diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,60%, seiring dengan melambatnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, data penting lain yang dinantikan antara lain Indeks Optimisme Usaha Kecil NFIB Amerika Serikat untuk bulan Juni, Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia untuk periode yang sama, dan tingkat pengangguran Filipina pada bulan Mei. Sementara itu, pejabat Bank Sentral Eropa (ECB), Joachim Nagel, dijadwalkan untuk memberikan pidato malam ini, yang diperkirakan akan memberikan petunjuk arah kebijakan moneter Eropa ke depan.

Indonesia

Pemerintah Indonesia bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat telah menyepakati asumsi makroekonomi untuk tahun 2026, yang tertuang dalam dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF). Asumsi tersebut merefleksikan keseimbangan antara optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi dan kewaspadaan terhadap risiko eksternal maupun domestik. Dalam kerangka ini, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) ditargetkan berada di kisaran 5,2 hingga 5,8 persen, dengan inflasi yang dijaga dalam rentang 1,5 hingga 3,5 persen. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika diproyeksikan berada antara Rp16.500 hingga Rp16.900 per dolar, dengan imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun diperkirakan berkisar antara 6,6 hingga 7,2 persen. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) diproyeksikan berada dalam kisaran USD60 hingga USD80 per barel, sejalan dengan dinamika harga energi global yang fluktuatif.

Disclaimer ON

Avatar photo

Makpi Support

Articles: 607